Sunday, April 03, 2005

Topeng Kepuraan

Aku marah....dadaku sesak menahan amarah,
tapi aku tak berani berujar
Aku tidak setuju, aku tidak mau, aku tidak ingin,
tapi kenapa kata yang terluncur adalah ucapan ya...
Aku berharap orang di sekelilingku mengerti
tapi tidak!!! sama sekali tidak,
Orang kira aku sanggup, bagus, penolong, sempurna dan…
berbagai atribut kebaikan lainnya

Meski diri ini terabaikan
aku berusaha untuk selalu bisa, mampu dan membantu
tapi ...sesungguhnya aku tidak seperti itu
aku lemah, rapuh dan kadang memaksakan diri
aku hanya merasa bersalah jika tidak bisa
aku tidak dapat mengutarakan kata hati yang sejujurnya

Ada satu sisi batinku yang ingin kusumbangkan untuk orang lain
tapi aku tidak pernah menoleh sisi batinku sendiri
harapanku, kelemahanku, serta daya tahanku, kulupakan...
ucapanku, perilakuku menuju pada tuntutan orang
dan kuacuhkan keadaan diri yang sesungguhnya
Aku sosialku tak sesuai dengan aku diriku
pertentangan-pertentangan ini terus bertarung dalam fikirku

Akhirnya aku menyadari.....ada yang keliru dengan cara pandangku
waktu yang bergulir mengajariku banyak hal
berkaca pada kehidupan orang lain
membaca firman Tuhan dalam ciptaanNya
aku pun mencoba tuk mengerti makna hidup
agar jujur...ikhlas...dan apa adanya!

Ternyata dunia tidak berakhir ketika aku berani bersikap,
ketika aku mengenalkan diri tanpa selaput kepuraan
Orang-orang pun tak pergi meninggalkanku
kalau ada yang datang, akan ada pula yang pergi
kusadari itu sebuah sunatullah

Selama ini aku terbelenggu oleh perasaanku sendiri
tersiksa oleh persepsi orang yang dibuat sendiri olehku
nuraniku yang seringkali tak kuturuti
hanya tuk sekedar mengejar pengakuan semu dan obsesi duniawi
Sekarang bagiku…
menjadi bahagia lebih berharga dari pada menjadi sempurna

Seperti berharganya menjadi diri yang berarti dengan penuh ketulusan.